Rabu, 04 Januari 2012

Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang representatif adalah sampel yang sebisa mungkin mencerminkan dan menggambarkan komposisi dari suatu bagian atau batch (partai) tertentu. Harus dipastikan bahwa terambil jumlah yang cukup pada saat pengambilan sampel dan dihindari segala bentuk kesalahan yang dapat menyebabkan sampel menjadi bias. Sebaiknya sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu diperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan bakteri pada sampel, seperti nasib sel setelah dilakukan pengambilan sampel, kemungkinan sel menjadi mati atau malah bertambah sehingga hal ini perlu diantisipasi. Selain itu perlu dipertimbangkan pula distribusi bakteri sehingga sampel yang diambil dapat mewakili sepenuhnya.
Prinsip pengambilan sampel secara umum adalah:
1. Suatu bagian tertentu (dapat digambarkan sebagai batch) yang mengandung jenis dan jumlah bakteri tertentu.
2. Dari batch tersebut diambil sebagian kecil volumenya untuk diinterpretasikan sesuai dengan kebutuhan.
3. Sebagian kecil yang diambil ini (sampel) harus sedapat mungkin menggambarkan dari batch (populasi) tersebut baik dari segi jumlah ataupun jenis bakteri yang ada.
4. Pengambilan sampel harus memenuhi syarat secara statistik bila ditinjau dari volume yang diambil dan perulangan yang dilakukan.
5. Pada saat pengambilan sampel diharuskan supaya bakteri yang masuk ke dalam wadah penampung sampel benar-benar berasal dari sumbernya, bukan berasal dari lingkungan sekitar.
6. Sampel yang mengandung bakteri tersebut dijaga supaya tetap menggambarkan kondisi yang ada sebelum memasuki tahap analisa.
Supaya tercapai tujuan diatas, maka dibutuhkan beberapa syarat tertentu yaitu:
1. Semua peralatan pengambilan sampel harus steril dan dilindungi dari kontaminasi sebelum dan sesudah pengambilan sampel dilakukan.
2. Dikerjakan dengan prosedur kerja aseptik yang baik dan dengan senyawa desinfektan yang sesuai.
3. Dipilih peralatan atau wadah sampel yang cocok dan metode pengambilan yang sesuai dengan jenis sampel.
4. Sebaiknya dilaksanakan pencegahan kontaminasi dari operator dengan memakai sarung tangan dan masker. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada tempat yang sedikit atau tidak terdapat aliran udara.
5. Setelah diambil, sampel langsung dianalisa. Pencegahan pertumbuhan mikroba dapat disimpan pada suhu dingin. Jika perlu dapat ditambahkan suatu zat ke dalam sampel dengan tujuan melindungi mikroba dari kerusakan.
6. Pelabelan sampel harus mengandung nama sampel, waktu pengambilan, tempat pengambilan, nama operator dan keterangan lain yang mendukung.
Secara umum sampel dengan konsentrasi bakteri yang melimpah tidak begitu membutuhkan teknik aseptik yang tinggi. Beberapa buah sel bakteri kontaminan dari udara tidak akan berpengaruh banyak pada sampel 100ml air limbah rumah tangga, tetapi akan sangat berpengaruh pada pengambilan sampel meja Laminar Air Flow dengan teknik Contact Plate.

Alat yang digunakan
Contoh peralatan yang biasa dipakai diantaranya adalah botol kaca, botol plastik, pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting dll. Peralatan yang berupa wadah penampung harus steril bagian dalamnya sedangkan bagian luarnya sebaiknya didisinfeksi dengan senyawa-senyawa antimikroba seperti etanol, sodium hipoklorit dll, sedangkan peralatan untuk mengambil harus disterilisasi dengan cara yang tepat. Peralatan jangan sampai mengandung sisa-sisa senyawa yang dapat menghambat mikroorganisme, misalnya sisa deterjen pada botol dari pencucian rutin atau sisa karat yang ada pada spatula. Semua peralatan juga tidak boleh terdapat sisa bahan yang berpotensi menjadi nutrisi seperti sisa agar atau gula. Botol sampel yang digunakan dapat terbuat dari kaca atau plastik tahan panas dengan ukuran yang cocok. Jenis botol yang direkomendasikan adalah botol gelas Borosilicate berpenutup ulir dan lebih baik jika bermulut botol lebar. Jika menggunakan botol plastik sebaiknya terbuat dari material yang tidak beracun seperti polypropilene yang tahan disterilisasi dengan autoklaf berulang-ulang. Bila dirasa perlu tutup botol dapat dibungkus dengan aluminum foil agar bagian leher botol lebih terhindar dari kontaminasi. Kantong plastik juga bisa dipakai, keuntungannya adalah mengurangi berat dan resiko botol pecah.
Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel.
1. Sampel tanah
Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat permukaan hingga ujung perakaran..
2. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika beerasal dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan dengan tali, jika ingin mengambil sampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran dibakar.


Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)
1. Teknik Preparasi Suspensi
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel :
a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.
b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.
c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi

1. Teknik Pengenceran Bertingkat


Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.
Cara Kerja :
a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar dapat dilihat pada gambar disamping)
b. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama.
3. Teknik Penanaman
a. Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
a.1. Spread Plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni. Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
• Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat.
• Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan dibakar diatas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa detik.
• Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada permukaan agar supaya tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.
• Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas.

a.2. Pour Plate (agar tuang)
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC)
• Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong
• Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.


b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
b.1 Goresan Sinambung
Cara kerja :
• Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar.
• Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

b.2 Goresan T
Cara kerja :
• Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
• Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
• Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
• Lakukan hal yang sama pada daerah 3

B.3 Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

Cara Kerja Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah :
• Tanah seberat 1 g dimasukan ke dalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8
• Tiga pengenceran terakhir diambil 0,1 ml untuk ditanam secara spread plate pada medium NA, setelah selesai, diinkubasi pada 37oC selama 1x24 jam
• Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut kemudian dipilih koloni yang relatif terpisah dari koloni lain dan koloni yang mudah dikenali
• Koloni yang terpilih kemudian ditumbuhkan atau dimurnikan ke NA baru dengan teknik streak kuadran
• Inkubasi 1x24 jam.


Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air, maupunudara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme.Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1990).
Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu (Dwidjoseputro, 1990) :
1. Degan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalampiraan murni yang diisolasi dari sampel susu Yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel. Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalamcawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah : SMA Negeri I Remboken Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : XI / 1 Pertemuan : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi Dasar : 3.1. Siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia. Indikator : 1.Mendiskripsikan macam-macam tulang berdasarkan struktur dan sifatnya. 2.Mendeskripsikan struktur rangka manusia. 3.Mendeskripsikan macam-macam persendian pada manusia. 4.Mengidentifikasi kelainan pada sistem gerak pada manusia. I.Tujuan •Menjelaskan fungsi tulang berdasarkan struktur dan sifatnya. •Menjelaskan macam-macam tulang. •Menjelaskan proses pembentukan tulang. •Menjelaskan macam-macam persendian dan penyebab gerakan dari tiap pesendian. •menunjukkan nama-nama tulang dan persendian dengan menggunakan torso. •Menjelaskan ganguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian. II.Materi pelajaran Materi pokok : Sistem gerak Sub materi : sistem rangka III.Metode pengajaran •Demostrasi •Ceramah bervariasi IV.Langkah-langka pembelajaran 1.Pertemuan I (2x45 menit) A.Kegiatan awal 10 menit •Memeriksa keadaan siswa dan absensi •Menyampaikan tujuan pembelajaran tetang materi sistem gerak. •Menarik perhatian dan minat siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, misalnya: Bila siswa melakukan pindah tempat, apakah termasuk gerak? B.Kegiatan inti 70 menit •Menjelaskan dan mendemonstrasikan struktur rangka pada manusia dengan menggunakan torso. •Menjelaskan dan mendemonstrasikan rangka aksial dan apendikular pada manusia. •Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membedakan rangka aksial dan apendikular pada manusia. •Menjelaskan dan menunjukan macam-macam tulang pada manusia dengan menggunakan torso. •Menjelaskan proses pembentukan tulang. •Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menujukan macam-macam tulang serta menanyakan hal-hal yang belum dipahami. C.Kegiatan akhir 10 menit •Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah di pelajari. •Memberikan motivasi kepada siswa •Memberikan tidak lanjut, berupa tugas untuk mencari informasi dari berbagai literatur tetang struktur rangka, dan macam-macam tulang pada manusia. 2.Pertemuan II (2x45 menit) A.Kegiatan awal 15 menit •Memeriksa keadaan siswa, absensi dan mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. •Meninjau kembali materi sebelumnya tentang rangka dan tulang pada manusia untuk masuk pada materi selanjutnya tetang persendian dan gangguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian. •Menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada materi yang akan dipelajari. B.Kegiatan inti 65 menit •Menjelaskan dan menujukkan macam-macam persendian •Mendemonstrasikan berbagai gerak yang dihasilkan dari macam-macam persendian. •Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan penyebab gerakan dari macam-macam persendian. •Menjelaskan dan mendemonstrasikan berbagai ganguan/penyakit yang terdapat pada rangka, tulang, dan persendian. •Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. C.Kegiatan akhir 10 menit •Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipelajari. •Memberikan motivasi kepada siswa •Memberikan evaluasi pada siklus ini, kepada siswa mengenai materi rangka, tulang dan persendian pada manusia. V.Media pembelajaran Alat/bahan : alat tulis menulis, torso, gambar otot Sumber belajar :  Riandari, H. 2007, BIOLOGI 2 untuk kelas XI SMA dan MA ; Tiga Serangkai.  Sudjadi, B & Laila, S. 2005. BIOLOGI 2A untuk SMA kelas XI ;Yudistira. VI. Penilaian • Evaluasi (post-test)
( RPP ) Nama Sekolah : SMA Negeri I Remboken Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : XI / 1 Pertemuan : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit Standar Kompetensi : 2. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi Dasar : 2.1. Siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia. Indikator : 1. Mendiskripsikan macam-macam tulang berdasarkan struktur dan sifatnya. 2. Mendeskripsikan struktur rangka manusia. 3. Mendeskripsikan macam-macam persendian pada manusia. 4. Mengidentifikasi kelainan pada sistem gerak pada manusia. I. Tujuan • Menjelaskan fungsi tulang berdasarkan struktur dan sifatnya. • Menjelaskan macam-macam tulang. • Menjelaskan proses pembentukan tulang. • Menjelaskan macam-macam persendian dan penyebab gerakan dari tiap pesendian. • menunjukkan nama-nama tulang dan persendian dengan menggunakan torso. • Menjelaskan ganguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian. II. Materi pelajaran Materi pokok : Sistem gerak Sub materi : sistem rangka III. Metode pengajaran • Demostrasi • Ceramah bervariasi IV. Langkah-langka pembelajaran 1. Pertemuan I (2x45 menit) A. Kegiatan awal 10 menit • Memeriksa keadaan siswa dan absensi • Menyampaikan tujuan pembelajaran tetang materi sistem gerak. • Menarik perhatian dan minat siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, misalnya: Bila siswa melakukan pindah tempat, apakah termasuk gerak? B. Kegiatan inti 70 menit • Menjelaskan dan mendemonstrasikan struktur rangka pada manusia dengan menggunakan torso. • Menjelaskan dan mendemonstrasikan rangka aksial dan apendikular pada manusia. • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membedakan rangka aksial dan apendikular pada manusia. • Menjelaskan dan menunjukan macam-macam tulang pada manusia dengan menggunakan torso. • Menjelaskan proses pembentukan tulang. • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menujukan macam-macam tulang serta menanyakan hal-hal yang belum dipahami. C. Kegiatan akhir 10 menit • Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah di pelajari. • Memberikan motivasi kepada siswa • Memberikan tidak lanjut, berupa tugas untuk mencari informasi dari berbagai literatur tetang struktur rangka, dan macam-macam tulang pada manusia. 2. Pertemuan II (2x45 menit) A. Kegiatan awal 15 menit • Memeriksa keadaan siswa, absensi dan mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. • Meninjau kembali materi sebelumnya tentang rangka dan tulang pada manusia untuk masuk pada materi selanjutnya tetang persendian dan gangguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian. • Menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada materi yang akan dipelajari. B. Kegiatan inti 65 menit • Menjelaskan dan menujukkan macam-macam persendian • Mendemonstrasikan berbagai gerak yang dihasilkan dari macam-macam persendian. • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan penyebab gerakan dari macam-macam persendian. • Menjelaskan dan mendemonstrasikan berbagai ganguan/penyakit yang terdapat pada rangka, tulang, dan persendian. • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. C. Kegiatan akhir 10 menit • Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipelajari. • Memberikan motivasi kepada siswa • Memberikan evaluasi pada siklus ini, kepada siswa mengenai materi rangka, tulang dan persendian pada manusia. V. Media pembelajaran Alat/bahan : alat tulis menulis, torso, gambar otot Sumber belajar :  Riandari, H. 2007, BIOLOGI 2 untuk kelas XI SMA dan MA ; Tiga Serangkai.  Sudjadi, B & Laila, S. 2005. BIOLOGI 2A untuk SMA kelas XI ;Yudistira. VI. Penilaian • Evaluasi (post-test)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Sekolah : SMA Negeri I Remboken
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.
Kompetensi Dasar : 3.1. Siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia.
Indikator :
1.Mendiskripsikan macam-macam tulang berdasarkan struktur dan sifatnya.
2.Mendeskripsikan struktur rangka manusia.
3.Mendeskripsikan macam-macam persendian pada manusia.
4.Mengidentifikasi kelainan pada sistem gerak pada manusia.

I.Tujuan
•Menjelaskan fungsi tulang berdasarkan struktur dan sifatnya.
•Menjelaskan macam-macam tulang.
•Menjelaskan proses pembentukan tulang.
•Menjelaskan macam-macam persendian dan penyebab gerakan dari tiap pesendian.
•menunjukkan nama-nama tulang dan persendian dengan menggunakan torso.
•Menjelaskan ganguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian.

II.Materi pelajaran
Materi pokok : Sistem gerak
Sub materi : sistem rangka

III.Metode pengajaran
•Demostrasi
•Ceramah bervariasi

IV.Langkah-langka pembelajaran
1.Pertemuan I (2x45 menit)
A.Kegiatan awal 10 menit
•Memeriksa keadaan siswa dan absensi
•Menyampaikan tujuan pembelajaran tetang materi sistem gerak.
•Menarik perhatian dan minat siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, misalnya: Bila siswa melakukan pindah tempat, apakah termasuk gerak?

B.Kegiatan inti 70 menit
•Menjelaskan dan mendemonstrasikan struktur rangka pada manusia dengan menggunakan torso.
•Menjelaskan dan mendemonstrasikan rangka aksial dan apendikular pada manusia.
•Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membedakan rangka aksial dan apendikular pada manusia.
•Menjelaskan dan menunjukan macam-macam tulang pada manusia dengan menggunakan torso.
•Menjelaskan proses pembentukan tulang.
•Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menujukan macam-macam tulang serta menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

C.Kegiatan akhir 10 menit
•Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah di pelajari.
•Memberikan motivasi kepada siswa
•Memberikan tidak lanjut, berupa tugas untuk mencari informasi dari berbagai literatur tetang struktur rangka, dan macam-macam tulang pada manusia.

2.Pertemuan II (2x45 menit)
A.Kegiatan awal 15 menit
•Memeriksa keadaan siswa, absensi dan mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.
•Meninjau kembali materi sebelumnya tentang rangka dan tulang pada manusia untuk masuk pada materi selanjutnya tetang persendian dan gangguan/penyakit pada rangka, tulang dan persendian.
•Menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada materi yang akan dipelajari.

B.Kegiatan inti 65 menit
•Menjelaskan dan menujukkan macam-macam persendian
•Mendemonstrasikan berbagai gerak yang dihasilkan dari macam-macam persendian.
•Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan penyebab gerakan dari macam-macam persendian.
•Menjelaskan dan mendemonstrasikan berbagai ganguan/penyakit yang terdapat pada rangka, tulang, dan persendian.
•Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.

C.Kegiatan akhir 10 menit
•Membimbing siswa untuk merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
•Memberikan motivasi kepada siswa
•Memberikan evaluasi pada siklus ini, kepada siswa mengenai materi rangka, tulang dan persendian pada manusia.

V.Media pembelajaran
Alat/bahan : alat tulis menulis, torso, gambar otot
Sumber belajar :
 Riandari, H. 2007, BIOLOGI 2 untuk kelas XI SMA dan MA ; Tiga Serangkai.
 Sudjadi, B & Laila, S. 2005. BIOLOGI 2A untuk SMA kelas XI ;Yudistira.


VI. Penilaian
• Evaluasi (post-test)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Pengertian metode demonstrasi MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. 2. Penggunaan metode demonstrasi 2.1. Tujuan metode demonstrasi Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan. 2.2. Manfaat metode demonstrasi Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa 2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi 1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut. 2.4. Kelebihan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran. 2.5. Kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. B. Hasil belajar 1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Pengertian metode demonstrasi MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. 2. Penggunaan metode demonstrasi 2.1. Tujuan metode demonstrasi Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan. 2.2. Manfaat metode demonstrasi Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa 2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi 1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut. 2.4. Kelebihan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran. 2.5. Kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. B. Hasil belajar 1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Pengertian metode demonstrasi MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. 2. Penggunaan metode demonstrasi 2.1. Tujuan metode demonstrasi Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan. 2.2. Manfaat metode demonstrasi Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa 2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi 1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut. 2.4. Kelebihan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran. 2.5. Kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. B. Hasil belajar 1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Pengertian metode demonstrasi
MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
2. Penggunaan metode demonstrasi

2.1. Tujuan metode demonstrasi
Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan.

2.2. Manfaat metode demonstrasi
Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa

2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut.

2.4. Kelebihan metode demonstrasi
Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran.

2.5. Kelemahan metode demonstrasi
Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.
Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi
Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen
Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran.
B. Hasil belajar
1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Pengertian metode demonstrasi MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. 2. Penggunaan metode demonstrasi 2.1. Tujuan metode demonstrasi Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan. 2.2. Manfaat metode demonstrasi Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa 2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi 1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut. 2.4. Kelebihan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran. 2.5. Kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. B. Hasil belajar 1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Pengertian metode demonstrasi MenurutSanjaya(2006),metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah(2005), metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.Roestiyah (2008), metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. 2. Penggunaan metode demonstrasi 2.1. Tujuan metode demonstrasi Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala,2006). Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan. 2.2. Manfaat metode demonstrasi Menurut Daradjat (1985)dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah : a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa 2.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi 1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan. b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi: a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi tersebut. 2.4. Kelebihan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : a) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b) Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau menerangkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerupakan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Menurut Sanjaya(2006), sebagai suatu metode pembelajaran demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalismeakan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang diajarkan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran. 2.5. Kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu sukar didapat. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. e) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. f) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau yang sebenarnya. g) Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menurut Sanjaya,(2006), metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 2.6. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi Menurut Sagala (2006), ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain : a) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai. b) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan yang kritis. c) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. d) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. e) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan. f) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. g) Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3. Perbedaan metode demonstrasi dengan metode eksperimen Sagala (2006) mengatakan, metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, dengan mengalaminya sendiri sesuai dengan yang dipelajarinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Penerapa metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil keputusan/kesimpulan-kesimpulan dari apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.Sedangkan pembelajaran dengan metode eksperimen ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. B. Hasil belajar 1. Pengertian belajar Menurut Sanjaya, 2006, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau suatu prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari, Sanjaya,(2006). Selanjutnya, proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk /atau proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dengan lingkungan yang disadari. 2. Pengertian hasil belajar Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi/hasil belajar. Menurut Mappa (1983)dalam Amriawan,prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.SedangkanTirtaraharja (1981) dalam Amriawan,mengemukakanprestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/atau hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah setelah berakhirnya program pembelajaran, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes prestasi belajar dengan hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Prestasi/ atau hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran biologi, materi sistem gerak,dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto ( 2003 ), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : a. Faktor intern Faktor internyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh) 2. Faktor Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) 3. Faktor kelelahan ( kelelahan jasmani maupun rohani) b. Faktor ekstern Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: 1. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik,suasana rumah,relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan) 2. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran dan sebagainya). 3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).